Jumat, 30 Maret 2012

Berdagan Pake Cinta

Ketika cinta sudah bicara, maka hati akan melekat disana. Ketika cinta sudah mulai hilang di dalam dunia, maka dunia akan gersang dan serasa neraka. Begitu pula dalam bisnis, dengan menggunakan cinta maka “menjual” akan lebih mudah untuk menangkap hati pelanggan.

Dengan mempengaruhi emosi pelanggan, tak jarang banyak marketer yang rela mengorbankan perasaan cinta, misalnya saja dengan menjual produk tanpa cinta, bukankah ini hanya jangka pendek saja? Namun bayangkan ketika produk yang dijual dapat mempengaruhi emosi pelanggan dan bisa menyentuh rasa cinta pelanggan, maka yakinlah bahwa pelanggan tidak akan pernah lari dari produk tersebut.

Cinta akan selalu meluluhkan hati. Bayangkan saja ketika seorang jatuh cinta, apapun akan dilakukan demi cintanya, seperti melayani dan memberikan yang terbaik untuk cintanya. Begitu juga dengan seorang marketer, sudah seharusnya dia melayani dan memberikan yang terbaik kepada pelanggannya.

Saat ini sudah saatnya marketing bergeser ke arah yang lebih manusiawi, yaitu suatu pendekatan yang berangkat dari hati ke hati. Marketer tidak boleh memandang pelanggan sebagai sasaran tembak atau pihak yang harus ditaklukan. Oleh karena itu sentuhlah hati pelangganmu dengan cinta. Cintailah dia dan dapatkanlah cintanya.

Pelanggan jangan lagi dianggap sebagai pihak asing bagi bisnis kita. Tempatkanlah pelanggan sebagai mitra kita yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam meraih kesuksesan.

Cinta terkadang melampaui batas rasional dah bahkan menjadi emosional. Jika pelanggan sudah terlanjur jatuh cinta dan memiliki ikatan emos yang kuat terhadap suatu produk atau merek, maka pelanggan akan loyal dan tidak gampang berpaling. Inilah yang disebut absolute brand loyalty.

Dalam bukunya “Marketing With Love”, Ippho Santosa memberikan 8 imperatif untuk menjalankan misi marketing with love ini.

1. Trust
Joe Girard adalah seorang salesman mobil yang mempunyai catatan prestasi luar biasa. Dalam waktu 24 jam ia mampu menjual 18 unit mobil secara ritel. Guinness Book of Record pun mengakuinya sebagai The Greatest Salesman di dunia. Apa kiat suksesnya?
Menurut Joe Girard, sebelum menjual produknya setiap penjual harus menjual dirinya terlebih dahulu. Menjual diri dalam artian positif yang mampu membuat calon pelanggan / konsumen menjadi percaya kepada penjual terlebih dahulu. Setelah terbangun kepercayaan, maka calon pelanggan / konsumen akan lebih mudah percaya pada produk yang ditawarkan oleh penjual.
Pepatah bilang, Kepercayaan adalah modal dasar dala menjalin hubungan, baik dalam hubungan cinta maupun dalam bisnis. Membangun kepercayaan adalah pekerjaan bisa dibilang cukup sulit, sehingga kepercayaan yang sudah didapat dengan susah jangan sampai dikhianati. Seperti kata pepatah juga, sekali lancung ke ujian seumur hidup tak akan dipercaya. Tanpa trust, mana munkin marketer dapat menjalin hubungan dengan calon pelanggan / konsumennya.

2. Personalized
Setiap manusia senang diistimewakan, diperlakukan berbeda dengan yang lainnya. Bagaikan sepasang kekasih, pasti ingin diperlakukan spesial oleh pasangannya. Begitu pula dengan pelanggan. 
Jalinan hubungan yang lebih erat dan personal lebih diharapkan oleh pelanggan. Don Peppers dan Martha Rogers menyebutnya One-to-One Marketing. Pendekatan satu-satu lebih dibutuhkan daripada pemasaran secara massal. Selain dengan kunjungan secara fisik, sentuhan personal juga dapat dilakukan melalui SMS atau e-mail.
Benefit dari sebuah produk yang ditawarkan juga disesuaikan dengan calon pelanggan / konsumennya. Misalnya kita memasarkan mobil, maka untuk seorang dokter yang ditawarkan adalah benefit profesionalisme, untuk seorang dokter benefit intelektualitas, untuk seorang pejabat benefit citra yang elegan. 
Customized product atau customized promotion akan lebih menggigit dibandingkan mass product atau mass promotion.

3. Knowledge
Jika Anda ingin menjalin hubungan dengan seorang gadis, Anda harus tahu banyak tentang gadis itu, bahkan mengetahui secara mendalam. Begitu juga jika Anda ingin membina hubungan dengan pelanggan, maka kita harus tahu banyak hal mengenai mereka. Dengan demikian marketer dapat menyelami kebutuhan dan keinginan pelanggan secara mendalam.
Knowledge is power. Ungkapan itu tidak boleh dilupakan oleh marketer. Dengan mengumpulkan data pelanggan, marketer dapat menawarkan produk dan layanan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Namun demikian, di saat kompetisi sangat ketat seperti sekarang ini, product knwoledge harus dibarengi dengan customer knowledge dan bahkan diperlukan competitor knowledge. 

4. Empathy
Anda mungkin sering mendengar bahwa seorang marketer haruslah banyak bicara dan pintar ngomong agar dapat menjual produknya. Dengan banyak bicara, marketer dapat mendominasi pembicaraan dan mempengaruhi lawan bicaranya.
Pendapat di atas tidak selamanya benar. Adakalanya marketer harus bisa menutup mulut dan membuka telinganya. Marketer harus memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk banyak berbicara. Ketika pelanggan bicara, marketer mempunyai kesempatan untuk menggali lebih dalam berbagai keinginan dan keluhan pelanggan. Marketer yang baik bukanlah marketer yang banyak omong, tapi marketer yang bisa membuat pelanggan banyak omong. 
Marketer dituntut untuk menjadi pendengar yang baik dan berkomunikasi dengan empati, sehingga marketer dapat berpikir dalam perspektif pelanggannya. Dengan menelusuri jalan pikiran pelanggannya, marketer dapat menawarkan solusinya. 

5. Zest
Seorang marketer baik dalam keadaan normal maupun krisis harus dapat pandai melihat peluang dan mencermati situasi yang ada. Marketer harus mempunyai gairah atau semangat tanpa henti. Itulah yang disebut zest oleh pakar marketing Philip Kotler. 
Menggaet pelanggan dan bertahan di tengah persaingan ketat tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Lihatlah Kolonel Sanders yang sangat mengandalkan zest dalam memasarkan produknya hingga berhasil setelah puluhan bahkan ratusan kali gagal. 

6. Experience
Bagaikan sepasang kekasih, semakin banyak pengalaman yang mereka lalui semakin sulit untuk melupakan satu sama lain. Begitu pula dengan dunia marketing, semakin banyak pengalaman yang dilalui oleh pelanggan dan marketer, semakin sulit bagi pelanggan untuk melupakan marketer dan produk atau mereknya.
Mengendarai motor Harley Davidson atau mobil Mercedez-Benz tentulah berbeda dengan merek lain. Itulah yang dinamakan dengan pengalaman merek atau brand experience. Pada dasarnya pengalaman merek bisa diberikan oleh perusahaan apa saja, baik itu perbankan, asuransi, hotel, MLM, ritel, otomotif bahkan pendidikan sekalipun. 
Kemaslah merek sedemikian rupa sehingga pelanggan mendapatkan pengalaman yang berharga ketika berinteraksi dengan merek tersebut. Marketerpun harus mau menyisihkan waktu untuk melakukan pengalaman bersama dengan pelanggannya.

7. Faith
Idealnya, makin setia pelanggan, makin baik pelayanan yang diberikan oleh marketer. Namun seringkali marketer berbuat tidak setia kepada pelanggannya. Hal tersebut dapat terlihat dari merosotnya komitmen marketer dalam melayani pelanggannya. 
Marketer lebih suka memperebutkan customer baru (customer acquisition) dari pada mempertahankan pelanggan lama (customer retention). Marketer rela mengeluarkan 70% anggarannya untuk menggaet pelanggan baru. Padahal 90% pendapatannya berasal dari pelanggan lama. Jangan salahkan pelanggan jika akhirnya pelanggan berpaling kepada pesaing.
Kesetiaan sangatlah krusial dalam marketing. Kesetiaan adalah masalah hubungan dua arah. Baik pelanggan dan marketer dituntut untuk setia. Kesetiaan dan keyakinan sepenuh hati (faith) adalah hal penting jika kedua belah pihak mendambakan hubungan yang mesra dan langgeng. 

8. Break-up
Seperti telah diuraikan di atas, kesetiaan itu bersifat dua arah. Apabila salah satu pihak gagal memelihara komitmen dan kesetiaan, maka jalan terakhir adalah break-up atau putuskan hubungan. 
Jika pelanggan benar-benar bermasalah dan sudah tidak bisa diajak bekerja sama lagi, jangan ragu-ragu untuk memutuskan hubungan. Inilah yang disebut jaycustomer oleh Christopher Lovelock. Teorinya, 20% adalah pelanggan utama dan sisanya adalah pelanggan biasa. Jaycustomer ini adalah segelintir dari pelanggan biasa.

Marketing with love adalah hikmah-hikmah yang dipetik dari cinta untuk memanusiawikan pelanggan. Apabila diterapkan, marketing with love akan memberikan dampat yang sangat kondusif bagi setiap komponen bauran pemasaran atau marketing mix.

Sumber :
Marketing With Love, Cara Paling Romantis Menggaet Pelanggan, Ippho Santosa, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007

Rabu, 28 Maret 2012

Mimpi Indah Abunawas


Abu Nawas dan Mimpi Indah
Seorang pendeta dan seorang rahib berencana memperdayai Abu Nawas. Rencanapun disusun rapid an mereka segera bertandang kerumah Abu Nawas yang disambut baik oleh yang empunya rumah.

“Kami ingin mengajakmu melakukan pengembaraan suci, wahai Abu Nawas. Kami berharap engkau tidak keberatan dan dapat bergabubg bersama kami,” ujar si Rahib sambil melirik pada kawan di sebelahnya.
“Dengan senang hati aku akan ikut, kapan rencananya?” Tanya Abu Nawas.
“Besok pagi ujar si Pendeta gembira.
 “Baiklah kitabertemu di warung teh besok,” uhar Abu Nawas.
Demikianlah keesokan harinya Abu Nawas beserta dua orang yang mengajaknya ini berangkat bersama. Mereka berpakaian dengan cara yang khas. Abu Nawas dengan pakaian sufi, si Pendeta dengan baju kebesarannya, dan si Rahib dengan pakaian keagamaannya. Di tengah perjalanan mereka bertiga mulai merasa lapar.
“Hai Abu Nawas, karena kita sudah sudah lapar dan kebetulan kita tidak membawa bekal, ada baiknya engkau mengumpulkan derma untuk membeli makanan bagi kita bertiga. Kami berdua akan melakukan kebaktian,” ujar si Pendeta.
Tanpa berpikir panjang, Abu Nawas langsung beranjak pergi mencari dan mengumpulkan derma dari satu dusun ke dusun yang lain. Setelah dirasa derma yang diterima mencukupi, Abu Nawas langsung membali makanan yang cukup untuk mereka bertiga. Abu Nawaspun kembali kepada dua temannya yang tengah melakukan kebaktian.
“Mari kita bagi makanan ini sekarang juga,” ujar Abu Nawas yang memang sudah sangat lapar.
“Jangan, jangan dibuka sekarang, karena kami sedang berpuasa,” ujar sang Rahib.
“Tapi aku hanya akan mengambil bagianku saja, sedang bagian kalian terserah kalian,” ujar Abu Nawas.
“Aku tidak setuju, kita harus seiring seirama dalam berbuat apapun,” ujar si Pendeta.
“Betul aku juga tidak setuju, karena waktu makanku besok pagi,” ujar si Rahib yang ahli Yoga menimpali.
Tentu saja Abu Nawas sangat usar mendengar pernyataan kedua orang itu. Perutnya yang keroncongan memaksanya kembali memperotes.
“Bukankah aku yang kalian suruh mencari derma dan sudah kukumpulkan derma itu dan sekarang telah kubelikan makanan. Mengapa kalian tidak mengizinkan aku mengambil bagianku sendiri? Sungguh tidak masuk akal,” ujar Abu Nawas memperotes.
Namun dua orang itu tetap teguh pada pendiriannya sekalipun Abu Nawas dengan segala macam cara menjelaskan tetap saja si Rahib dan Pendeta bergeming. Hal ini membuat Abu Nawas dongkol bukan main, tapi karena dirasa tidak ada gunanya menentang dua orang yang sudah bersekongkol itu, Abu Nawaspun memilih diam.
“Bagaimana kalau kita buat perjanjian?” ujar sang pendeta tiba-tiba.
“Perjanjian apa?” Tanya Abu Nawas.
“Kita adakan lomba, siapa yang nanti malam bermimpi paling indah, maka dia berhak atas bagian makanan yang lebih banyak. Sedang yang kedua mendapat bagian lebih sedikit. Sedang yang mimpinya tidak indah mendapat bagian makanan yang paling sedikit,” ujar Pendeta dengan cerdiknya. Karena sudah dongkol dan kesal, Abu Nawas menyetujui saja perjanjian itu.
Begitu pagi sudah tiba mereka bertiga sudah bangun. Dengan sangat antusias si Rahib lalu menceritakan mimpinya.
“Luar biasa! Semalam aku bermimpi indah sekali. Aku memasuki sebuah taman yang mirip sekali dengan Nirwana. Aku merasakan suatu kenikmatan dan keindahan yang belum pernah kurasakan seumur hidupku,” ujar Rahib dengan gembiranya.
“Mimpimu sangat menakjubkan saudara Rahib, sangat menakjubkan…,” ujar si Pendeta dengan agak berlebihan.
“Mimpiku pun tak kalah indahnya,” ujar Pendeta, “Aku seolah-olah menembus ruang dan waktu. Aku menyusup ke masa silam di mana pendiri agamamu hidup. Dan sungguh sangat membahagiakan aku bertemu dengannya dan kemudian aku diberkati olehnya,” ujar sang Pendeta dengan gembiranya.
“Seperti tadi, kini giliran Rahib memuji-muji mimpi si Pendeta. Sementara Abu Nawas diam saja melihat kelakuan dua orang yang memang bersekongkol memperdayai dirinya itu.
“Hai Abu Nawas, kenapa kau diam saja. Apa mimpimu semalam, apakah seindah mimpi kami?” ujar si Rahib dan Pendeta hamper bersamaan.
Abu Nawas yang sudah tahu dirinya tengah dikerjai, hanya berujar pelan.
“Kawan-kawanku sepengembaraan. Kalian tentu mengenal Nabi Daud as. Beliau adalah Nabi yang ahli berpuasa, tadi malam aku bermimpi bertemu dan berbincang-bincang dengannya. Beliau menanyakan apakah aku berpuasa atau tidak. Karena aku belum makan dari pagi, maka aku bilang saja bahwa aku berpuasa. Tidak tahunya beliau menyuruhku berbuka karena hari sudah malam. Tentu saja aku tidak berani membantah perintah seorang Nabi. Makanya aku bangun dan langsung menghabiskan semua makanan,” ujar Abu Nawas dengan santainya.
-berbagai sumber-

Senin, 19 Maret 2012

Cara kaya yang nyeleneh

    Kamu : Gimana nih pak kok hidup saya gagal maning gagal maning
    Bob Sadino : Lho kok bisa gagal
    Kamu : nggak diterima kerja dimana-mana. Apalagi di perusahaan  bapak :D
    Bob Sadino : Kalau nggak diterima kerja, usaha donk!
    Kamu : Tapi pak saya nggak punya modal buat usaha
    Bob Sadino : Hmm..gimana kalu saya kasih kamu pinjeman modal biar jadi orang sukses.
    Kamu : Wah makasih Pak! tapi usaha apa ya Pak! saya nggak punya ide
    Bob Sadino : Saya sih punya ide usaha yang cocok buat kamu. Mau nggak!
    Kamu : Wah terima kasih sekali pak! Tapi gimana kalau idenya nggak cocok.
    Bob Sadino : ya dicoba dulu aja (sedang memberikan kata inspirasi)
    Kamu : Baiklah Pak akan saya coba! Tapi pak gimana kalau gagal.
    Bob Sadino : mau jadi orang sukses harus cari kegagalan, karena kegagalan akan membuat kita belajar untuk masa depan (kata bijak yang patut kita tiru bukan).
    Kamu: Ya saya siap pak. Tapi Maaf kalau saya gagal…apa ada keringanan dalam pengembalian modal
    Bob Sadino : ……